"Kemarau"
Judul : Kemarau
Pengarang : A. A. Navis
Tahun Terbit : 1967
Cetakan : Pertama
Penerbit : PT. Grasindo
Angkatan : Tahun 60 - an
A. Sinopsis
Novel
ini mengisahkan ketika musim kemarau panjang datang, menimpa negeri
ini, para petani semakin merasa berputus asa. Sawah dan ladang mereka
sangat kering dan cuaca panas sangat menyengat tubuh. Keadaan itu
membuat mereka tidak lagi mau menggarap sawah atau mengairi sawah
mereka. Mereka hanya bermalas-malasan dan bermain kartu saja.
Namun, ada seorang petani yang tidak ikut bermalas-malasan, Sutan Duano.
Dalam keadaan kemarau panjang ini, ia tetap mengairi sawahnya dengan
rnengangkat air dari danau yang ada di sekitar desa mereka sehingga
padinya tetap tumbuh. Ia tidak menghiraukan panas matahari yang membakar
tubuhnya. la berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan
yang ia lakukan. Ia juga berusaha memberikan ceramah kepada ibu-ibu yang
ikut dalam pengajian di surau desa mereka. Namun, tak satu pun petani
yang menghiraukan ceramahnya apalagi mengikuti langkah-langkah yang
dilakukannya. Tampaknya, keputusasaan penduduk desa telah sampai pada
puncaknya. Suatu hari ada seorang bocah kecil bernama Acin yang
membantunya mengairi sawah sehingga keduanya saling bergantian mengambil
air di danau dan mengairi sawah mereka. Penduduk desa yang melihat
kerja sama antara keduanya bukannya mencontoh apa yang mereka lakukan,
melainkan mempergunjingkan dan menyebar fitnah, bahwa sutan Duano
mencoba mencari perhatian Gundam, ibu si bocah itu, yang memang seorang
janda. Bahkan, seorang janda yang menaruh hati pada Sutan Duano pun
kemudian mempercayai gunjingan itu.
Gunjingan itu semakin memanaskan telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak
menanggapinya dan tetap bersikap tenang. Suatu hari ia menerima telegram
dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun disia-siakannya. Anak
itu memintanya pergi ke Surabaya. Dalam hatinya, ia ingin bertemu dengan
anak semata wayangnya itu, namun ia tidak mau rneninggalkan si bocah
kecil yang masih memerlukan bimbingannya. Setelah mempertimbangkan
masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke Surabaya. Sementara itu, para
penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi setelah
mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan oleh Sutan Duano
membuahkan hasil. Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya.
Sementara itu, sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya menjadi
hancur ketika ia bertemu dengan rnertua anaknya. Ternyata mertua anaknya
adalah Iyah, mantan istrinya. Ia marah kepada Iyah karena telah
menikahkan dua orang yang bersaudara. Karena marahnya itu, Sutan Duano
mengancam akan memberitahukan kepada Masri dan Arni. Namun, Iyah
berusaha menghalanginya dengan memukul kepala mantan suaminya itu dengan
sepotong kayu. Kalau saja Arni tidak menghalanginya, kemungkinan besar
Sutan Duano tidak akan selamat. Melihat mantan suaminya bersimbah darah,
Iyah rnerasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni bahwa
Sutan Duano adalah mantan suaminya. Betapa terkejutnya Arni
mendengarnya. Ia kemudian menceritakan hal itu kepada Masri, sehingga
mereka sepakat berpisah. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia,
sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan
Gundam.
Novel
ini mengisahkan ketika musim kemarau panjang datang, menimpa negeri
ini, para petani semakin merasa berputus asa. Sawah dan ladang mereka
sangat kering dan cuaca panas sangat menyengat tubuh. Keadaan itu
membuat mereka tidak lagi mau menggarap sawah atau mengairi sawah
mereka. Mereka hanya bermalas-malasan dan bermain kartu saja.
Namun, ada seorang petani yang tidak ikut bermalas-malasan, Sutan Duano.
Dalam keadaan kemarau panjang ini, ia tetap mengairi sawahnya dengan
rnengangkat air dari danau yang ada di sekitar desa mereka sehingga
padinya tetap tumbuh. Ia tidak menghiraukan panas matahari yang membakar
tubuhnya. la berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan
yang ia lakukan. Ia juga berusaha memberikan ceramah kepada ibu-ibu yang
ikut dalam pengajian di surau desa mereka. Namun, tak satu pun petani
yang menghiraukan ceramahnya apalagi mengikuti langkah-langkah yang
dilakukannya. Tampaknya, keputusasaan penduduk desa telah sampai pada
puncaknya. Suatu hari ada seorang bocah kecil bernama Acin yang
membantunya mengairi sawah sehingga keduanya saling bergantian mengambil
air di danau dan mengairi sawah mereka. Penduduk desa yang melihat
kerja sama antara keduanya bukannya mencontoh apa yang mereka lakukan,
melainkan mempergunjingkan dan menyebar fitnah, bahwa sutan Duano
mencoba mencari perhatian Gundam, ibu si bocah itu, yang memang seorang
janda. Bahkan, seorang janda yang menaruh hati pada Sutan Duano pun
kemudian mempercayai gunjingan itu.
Gunjingan itu semakin memanaskan telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak
menanggapinya dan tetap bersikap tenang. Suatu hari ia menerima telegram
dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun disia-siakannya. Anak
itu memintanya pergi ke Surabaya. Dalam hatinya, ia ingin bertemu dengan
anak semata wayangnya itu, namun ia tidak mau rneninggalkan si bocah
kecil yang masih memerlukan bimbingannya. Setelah mempertimbangkan
masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke Surabaya. Sementara itu, para
penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi setelah
mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan oleh Sutan Duano
membuahkan hasil. Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya.
Sementara itu, sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya menjadi
hancur ketika ia bertemu dengan rnertua anaknya. Ternyata mertua anaknya
adalah Iyah, mantan istrinya. Ia marah kepada Iyah karena telah
menikahkan dua orang yang bersaudara. Karena marahnya itu, Sutan Duano
mengancam akan memberitahukan kepada Masri dan Arni. Namun, Iyah
berusaha menghalanginya dengan memukul kepala mantan suaminya itu dengan
sepotong kayu. Kalau saja Arni tidak menghalanginya, kemungkinan besar
Sutan Duano tidak akan selamat. Melihat mantan suaminya bersimbah darah,
Iyah rnerasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni bahwa
Sutan Duano adalah mantan suaminya. Betapa terkejutnya Arni
mendengarnya. Ia kemudian menceritakan hal itu kepada Masri, sehingga
mereka sepakat berpisah. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia,
sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan
Gundam.
Pada sebuah desa telah terjadi musim
kemarau yang panjang. Tanah, pertanian dan ladang menjadi retak-retak.
Air juga susah didapatkan oleh penduduk.
Para petaui semakin merasa berputus asa
atas musim kemarau panjang yang sedang menimpa negeri ini. Sawah dan
ladang mereka sangat kering dan cuaca panas sangat menyengat tubuh. Keadaan itu membuat mereka tidak lagi mau menggarap sawah atau mengairi
sawah mereka. Mereka hanya bermalas-malasan dan bermain kartu saja.
Namun, ada seorang petani yang tidak ikut
bermalas-malasan. Ia adalah Sutan Duano. Dalam keadaan kemarau panjang
ini, ia tetap mengairi sawahnya dengan rnengangkat air dari danau yang
ada di sekitar desa mereka sehingga padinya tetap tumbuh. Ia tidak
menghiraukan panas matahari yang membakar tubuhnya. la berharap agar
para petani di desanya mengikuti perbuatan yang ia lakukan. Ia juga
berusaha memberikan ceramah kepada ibu-ibu yang ikut dalam pengajian di
surau desa mereka.
Namun, tak satu pun petani yang menghiraukan
ceramahnya apalagi mengikuti langkah-langkah yang dilakukannya.
Tampaknya, keputusasaan penduduk desa telah sampai pada puncaknya.
Suatu hari ada seorang bocah kecil bernama
Acin yang membantunya mengairi sawah sehingga keduanya saling
bergantian mengambil air di danau dan mengairi sawah mereka.
Penduduk
desa yang melihat kerja sama antara keduanya bukannya mencontoh apa yang
mereka lakukan, melainkan mempergunjingkan dan menyebar fitnah, bahwa
sutan Duano mencoba mencari perhatian Gundam, ibu si bocah itu, yang
memang seorang janda. Bahkan, seorang janda yang menaruh hati pada Sutan
Duano pun kemudian mempercayai gunjingan itu.
Gunjingan
itu semakin memanaskan telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak
menanggapinya dan tetap bersikap tenang. Suatu hari ia menerima telegram
dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun disia-siakannya. Anak
itu memintanya pergi ke Surabaya. Dalam hatinya, ia ingin bertemu dengan
anak semata wayangnya itu, namun ia tidak mau rneninggalkan si bocah
kecil yang masih memerlukan bimbingannya.
Setelah mempertimbangkan
masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke Surabaya. Sementara itu, para
penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi setelah
mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan oleh Sutan Duano
membuahkan hasil. Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya.
Sementara itu, sesampainya Sutan Duano di
Surabaya, hatinya menjadi hancur ketika ia bertemu dengan mertua
anaknya. Ternyata mertua anaknya adalah Iyah, mantan istrinya. Ia marah
kepada Iyah karena telah menikahkan dua orang yang bersaudara. Karena
marahnya itu, Sutan Duano mengancam akan memberitahukan kepada Masri dan
Arni. Namun, Iyah berusaha menghalanginya dengan memukul kepala mantan
suaminya itu dengan sepotong kayu.
Kalau saja Arni tidak menghalanginya,
kemungkinan besar Sutan Duano tidak akan selamat. Melihat mantan
suaminya bersimbah darah, Iyah rnerasa menyesal kemudian ia
memberitahukan kepada Arni bahwa Sutan Duano adalah mantan suaminya.
Betapa terkejutnya Arni mendengarnya. Ia kemudian menceritakan hal itu
kepada Masri, sehingga mereka sepakat berpisah. Tak lama kemudian, Iyah
meninggal dunia, sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan
menikah dengan Gundam, yaitu ibu dari Acin.
B. Tema
Tema Novel Kemarau ini berupa,
- Manusia dan Tanggung Jawab.
C. Alur
Alur yang digunakan dalam Novel Kemarau ini adalah Alur Campuran, pada setiap bab terdapat masing masing konflik.
D. Latar
a). Tempat
- Surau
- Pematang Sawah
- Ladang
- Tepi Danau
- Rumah Gundam
- Jalan Raya
- Sungai
- Masjid
b). Waktu
- Musim Kemarau
- Kemarin Sore
- Malam Hari
- Senja
- Hari Minggu
- Siang Hasri
c). Sosial
Latar sosial
yang digunakan dalam novel ini adalah kehidupan penduduk di kampung yang masih
berpikir tradisional. Mereka hanya mewarisi kebiasaan nenek moyang yang hanya
bertani setahun sekali, yaitu ketika musim penghujan saja. Bagi orang yang suda
berpikir modern, mereka berusaha untuk mengairi sawah agar tetap bisa bertani
pada musim kemarau.
Seseorang yang
berbuat beda namun mampu memberi perubahan besar malah dikatakan sebagai orang
yang tidak waras. Hal tersebut tampak bahwa masyarakat masih belum bisa
menerima perubahan yang baru. Pola berpikir masyarakat yang demikian harus
diubah agar mereka tidak terpuruk dalam kebodohan yang terus-menerus di derita.
d). Suasana
- Suasana Gugup
- Suasana Senang
- Suasana Marah
- Suasana Sedih
- Suasana Takut
- Suasana Tegang
E. Tokoh
Sutan Duano digambarkan sebagai tokoh
yang mempunyai pola pikir modern. Ia ingin mengubah pola pikir di
kampung tempat ia tinggal.
Wali negeri atau
kepala desa di dalam novel ini digambarkan sebagai orang yang pandai
memanfaatkan kesempatan. Di dunia politiknya, ia mencoba membantu warga di
kampungnya agar bisa membaca dan menulis, maka ia membuka kursus baca tulis. Di
sisi lain, ia akan membuat kursus-kursus yang lain agar namanya tetap dapat
berkembang dalam dunia politik.
Haji Tumijo
adalah seorang pemimpin yang sedang mengungsi di kampung tempat Sutan Duano
tingga. Ia sahabat Sutan Duano ketika mereka berada di kota. Ia memperkirakan
bahwa Sutan Duano akan menjadi orang yang disegani di kampung itu dan dugaannya
pun benar.
Sutan Caniago
digambarkan sebagai seorang lelaki paruh baya yang sudah mempunyai empat orang
anak. Ia sudah tidak mampu lagi hidup di kampung ini untuk menghidupi istri dan
anak-anaknya. Ia bermaksud menjual padinya kepada Sutan Duano untuk bekal ia
merantau ke kota.
Lembak Tuah
digambarkan sebagai pemilik sawah terluas di kampung. Namun, ia terlalu
sombong. Ketika Sutan Duano mengajak untuk bergotong-royong mengairi sawahnya
dengan mengambil air dari danau, ia tidak mau karena Lembak Tuah merasa tidak
pernah ikut mengotori kakinya untuk mengerjakan sawahnya sendiri.
Gundam adalah seorang
janda yang mempunyai dua orang anak, yaitu Acih dan Amah. Ia masih muda namun
sudah dicerai suaminya enam tahun yang lalu karena suaminya mempunyai isteri
baru. Gundam digambarkan memiliki sikap yang pemalu, penakut, dan menerima
perubahan jika orang lain juga melakukan perubahan tersebut.
Saniah
digambarkan sebagai seorang janda yang tidak tahu malu. Ia menghalalkan segala
cara untuk mendekati Sutan Duano. Ia merasa cemburu dengan Gundam. Oleh karena
itu, Saniah membuat fitnah untuk memisahkan mereka. Saniah memiliki watak yang
jahat.
Uncu Timah ialah satu-satunya orang
yang dapat dipercaya menjualkan hasil panen Sutan Duano.
Kutar
digambarkan sebagai seorang anak laki-laki yang nakal, pintar berbohong, dan
bercerita yang berlebih-lebihan.
F. Sudut Pandang
Novel Kemarau ini menggunakan Sudut Pandang Orang Ketiga.
G. Amanat
-
Jika
kita ingin memperoleh hasil yang lebih baik kita harus mau berusaha
- Bukan
kemewahan tujuan hidup, tujuan hidup adalah kedamain, tidak berbuat dosa tapi
banyak pahala.
- Berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan
- Hidup
berjuang dengan keiklasan akan mendapatkan keberkahan
H. Daftar Pustaka
http://ayupujilestari31.blogspot.com/2018/12/analisis-novel-kemarau-a-navis-dengan-4.html
https://anazarfaqih.wordpress.com/2013/11/11/sinopsis-novel-kemarau-a-a-navis/
https://awandarmawan21.blogspot.com/2018/12/analisis-novel-kemarau-karya-aa-navis.html
http://nanipratiwi01.blogspot.com/2014/05/sinopsis-novel-kemarau-karya-a-navis.html
Novel
ini mengisahkan ketika musim kemarau panjang datang, menimpa negeri
ini, para petani semakin merasa berputus asa. Sawah dan ladang mereka
sangat kering dan cuaca panas sangat menyengat tubuh. Keadaan itu
membuat mereka tidak lagi mau menggarap sawah atau mengairi sawah
mereka. Mereka hanya bermalas-malasan dan bermain kartu saja.
Namun, ada seorang petani yang tidak ikut bermalas-malasan, Sutan Duano.
Dalam keadaan kemarau panjang ini, ia tetap mengairi sawahnya dengan
rnengangkat air dari danau yang ada di sekitar desa mereka sehingga
padinya tetap tumbuh. Ia tidak menghiraukan panas matahari yang membakar
tubuhnya. la berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan
yang ia lakukan. Ia juga berusaha memberikan ceramah kepada ibu-ibu yang
ikut dalam pengajian di surau desa mereka. Namun, tak satu pun petani
yang menghiraukan ceramahnya apalagi mengikuti langkah-langkah yang
dilakukannya. Tampaknya, keputusasaan penduduk desa telah sampai pada
puncaknya. Suatu hari ada seorang bocah kecil bernama Acin yang
membantunya mengairi sawah sehingga keduanya saling bergantian mengambil
air di danau dan mengairi sawah mereka. Penduduk desa yang melihat
kerja sama antara keduanya bukannya mencontoh apa yang mereka lakukan,
melainkan mempergunjingkan dan menyebar fitnah, bahwa sutan Duano
mencoba mencari perhatian Gundam, ibu si bocah itu, yang memang seorang
janda. Bahkan, seorang janda yang menaruh hati pada Sutan Duano pun
kemudian mempercayai gunjingan itu.
Gunjingan itu semakin memanaskan telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak
menanggapinya dan tetap bersikap tenang. Suatu hari ia menerima telegram
dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun disia-siakannya. Anak
itu memintanya pergi ke Surabaya. Dalam hatinya, ia ingin bertemu dengan
anak semata wayangnya itu, namun ia tidak mau rneninggalkan si bocah
kecil yang masih memerlukan bimbingannya. Setelah mempertimbangkan
masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke Surabaya. Sementara itu, para
penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi setelah
mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan oleh Sutan Duano
membuahkan hasil. Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya.
Sementara itu, sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya menjadi
hancur ketika ia bertemu dengan rnertua anaknya. Ternyata mertua anaknya
adalah Iyah, mantan istrinya. Ia marah kepada Iyah karena telah
menikahkan dua orang yang bersaudara. Karena marahnya itu, Sutan Duano
mengancam akan memberitahukan kepada Masri dan Arni. Namun, Iyah
berusaha menghalanginya dengan memukul kepala mantan suaminya itu dengan
sepotong kayu. Kalau saja Arni tidak menghalanginya, kemungkinan besar
Sutan Duano tidak akan selamat. Melihat mantan suaminya bersimbah darah,
Iyah rnerasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni bahwa
Sutan Duano adalah mantan suaminya. Betapa terkejutnya Arni
mendengarnya. Ia kemudian menceritakan hal itu kepada Masri, sehingga
mereka sepakat berpisah. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia,
sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan
Gundam.