Jumat, 24 April 2020

Resensi Novel "Kemarau" Karya A.A. Navis

"Kemarau"

Kemarau by A.A. Navis 

Judul  : Kemarau
Pengarang  : A. A. Navis
Tahun Terbit  : 1967
Cetakan  : Pertama
Penerbit  : PT. Grasindo
Angkatan : Tahun 60 - an

A. Sinopsis
Novel ini mengisahkan ketika musim kemarau panjang datang, menimpa negeri ini, para petani semakin merasa berputus asa. Sawah dan ladang mereka sangat kering dan cuaca panas sangat menyengat tubuh. Keadaan itu membuat mereka tidak lagi mau menggarap sawah atau mengairi sawah mereka. Mereka hanya bermalas-malasan dan bermain kartu saja. Namun, ada seorang petani yang tidak ikut bermalas-malasan, Sutan Duano. Dalam keadaan kemarau panjang ini, ia tetap mengairi sawahnya dengan rnengangkat air dari danau yang ada di sekitar desa mereka sehingga padinya tetap tumbuh. Ia tidak menghiraukan panas matahari yang membakar tubuhnya. la berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan yang ia lakukan. Ia juga berusaha memberikan ceramah kepada ibu-ibu yang ikut dalam pengajian di surau desa mereka. Namun, tak satu pun petani yang menghiraukan ceramahnya apalagi mengikuti langkah-langkah yang dilakukannya. Tampaknya, keputusasaan penduduk desa telah sampai pada puncaknya. Suatu hari ada seorang bocah kecil bernama Acin yang membantunya mengairi sawah sehingga keduanya saling bergantian mengambil air di danau dan mengairi sawah mereka. Penduduk desa yang melihat kerja sama antara keduanya bukannya mencontoh apa yang mereka lakukan, melainkan mempergunjingkan dan menyebar fitnah, bahwa sutan Duano mencoba mencari perhatian Gundam, ibu si bocah itu, yang memang seorang janda. Bahkan, seorang janda yang menaruh hati pada Sutan Duano pun kemudian mempercayai gunjingan itu. Gunjingan itu semakin memanaskan telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak menanggapinya dan tetap bersikap tenang. Suatu hari ia menerima telegram dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun disia-siakannya. Anak itu memintanya pergi ke Surabaya. Dalam hatinya, ia ingin bertemu dengan anak semata wayangnya itu, namun ia tidak mau rneninggalkan si bocah kecil yang masih memerlukan bimbingannya. Setelah mempertimbangkan masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke Surabaya. Sementara itu, para penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi setelah mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan oleh Sutan Duano membuahkan hasil. Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya. Sementara itu, sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya menjadi hancur ketika ia bertemu dengan rnertua anaknya. Ternyata mertua anaknya adalah Iyah, mantan istrinya. Ia marah kepada Iyah karena telah menikahkan dua orang yang bersaudara. Karena marahnya itu, Sutan Duano mengancam akan memberitahukan kepada Masri dan Arni. Namun, Iyah berusaha menghalanginya dengan memukul kepala mantan suaminya itu dengan sepotong kayu. Kalau saja Arni tidak menghalanginya, kemungkinan besar Sutan Duano tidak akan selamat. Melihat mantan suaminya bersimbah darah, Iyah rnerasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni bahwa Sutan Duano adalah mantan suaminya. Betapa terkejutnya Arni mendengarnya. Ia kemudian menceritakan hal itu kepada Masri, sehingga mereka sepakat berpisah. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia, sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan Gundam.

Sumber: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Kemarau | Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Novel ini mengisahkan ketika musim kemarau panjang datang, menimpa negeri ini, para petani semakin merasa berputus asa. Sawah dan ladang mereka sangat kering dan cuaca panas sangat menyengat tubuh. Keadaan itu membuat mereka tidak lagi mau menggarap sawah atau mengairi sawah mereka. Mereka hanya bermalas-malasan dan bermain kartu saja. Namun, ada seorang petani yang tidak ikut bermalas-malasan, Sutan Duano. Dalam keadaan kemarau panjang ini, ia tetap mengairi sawahnya dengan rnengangkat air dari danau yang ada di sekitar desa mereka sehingga padinya tetap tumbuh. Ia tidak menghiraukan panas matahari yang membakar tubuhnya. la berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan yang ia lakukan. Ia juga berusaha memberikan ceramah kepada ibu-ibu yang ikut dalam pengajian di surau desa mereka. Namun, tak satu pun petani yang menghiraukan ceramahnya apalagi mengikuti langkah-langkah yang dilakukannya. Tampaknya, keputusasaan penduduk desa telah sampai pada puncaknya. Suatu hari ada seorang bocah kecil bernama Acin yang membantunya mengairi sawah sehingga keduanya saling bergantian mengambil air di danau dan mengairi sawah mereka. Penduduk desa yang melihat kerja sama antara keduanya bukannya mencontoh apa yang mereka lakukan, melainkan mempergunjingkan dan menyebar fitnah, bahwa sutan Duano mencoba mencari perhatian Gundam, ibu si bocah itu, yang memang seorang janda. Bahkan, seorang janda yang menaruh hati pada Sutan Duano pun kemudian mempercayai gunjingan itu. Gunjingan itu semakin memanaskan telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak menanggapinya dan tetap bersikap tenang. Suatu hari ia menerima telegram dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun disia-siakannya. Anak itu memintanya pergi ke Surabaya. Dalam hatinya, ia ingin bertemu dengan anak semata wayangnya itu, namun ia tidak mau rneninggalkan si bocah kecil yang masih memerlukan bimbingannya. Setelah mempertimbangkan masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke Surabaya. Sementara itu, para penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi setelah mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan oleh Sutan Duano membuahkan hasil. Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya. Sementara itu, sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya menjadi hancur ketika ia bertemu dengan rnertua anaknya. Ternyata mertua anaknya adalah Iyah, mantan istrinya. Ia marah kepada Iyah karena telah menikahkan dua orang yang bersaudara. Karena marahnya itu, Sutan Duano mengancam akan memberitahukan kepada Masri dan Arni. Namun, Iyah berusaha menghalanginya dengan memukul kepala mantan suaminya itu dengan sepotong kayu. Kalau saja Arni tidak menghalanginya, kemungkinan besar Sutan Duano tidak akan selamat. Melihat mantan suaminya bersimbah darah, Iyah rnerasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni bahwa Sutan Duano adalah mantan suaminya. Betapa terkejutnya Arni mendengarnya. Ia kemudian menceritakan hal itu kepada Masri, sehingga mereka sepakat berpisah. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia, sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan Gundam.

Sumber: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Kemarau | Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

     Pada sebuah desa telah terjadi musim kemarau yang panjang. Tanah, pertanian dan ladang menjadi retak-retak. Air juga susah didapatkan oleh penduduk. 

     Para petaui semakin merasa berputus asa atas musim kemarau panjang yang sedang menimpa negeri ini. Sawah dan ladang mereka sangat kering dan cuaca panas sangat menyengat tubuh. Keadaan itu membuat mereka tidak lagi mau menggarap sawah atau mengairi sawah mereka. Mereka hanya bermalas-malasan dan bermain kartu saja.

     Namun, ada seorang petani yang tidak ikut bermalas-malasan. Ia adalah Sutan Duano. Dalam keadaan kemarau panjang ini, ia tetap mengairi sawahnya dengan rnengangkat air dari danau yang ada di sekitar desa mereka sehingga padinya tetap tumbuh. Ia tidak menghiraukan panas matahari yang membakar tubuhnya. la berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan yang ia lakukan. Ia juga berusaha memberikan ceramah kepada ibu-ibu yang ikut dalam pengajian di surau desa mereka. 

     Namun, tak satu pun petani yang menghiraukan ceramahnya apalagi mengikuti langkah-langkah yang dilakukannya. Tampaknya, keputusasaan penduduk desa telah sampai pada puncaknya.
Suatu hari ada seorang bocah kecil bernama Acin yang membantunya mengairi sawah sehingga keduanya saling bergantian mengambil air di danau dan mengairi sawah mereka. 

     Penduduk desa yang melihat kerja sama antara keduanya bukannya mencontoh apa yang mereka lakukan, melainkan mempergunjingkan dan menyebar fitnah, bahwa sutan Duano mencoba mencari perhatian Gundam, ibu si bocah itu, yang memang seorang janda. Bahkan, seorang janda yang menaruh hati pada Sutan Duano pun kemudian mempercayai gunjingan itu.

     Gunjingan itu semakin memanaskan telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak menanggapinya dan tetap bersikap tenang. Suatu hari ia menerima telegram dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun disia-siakannya. Anak itu memintanya pergi ke Surabaya. Dalam hatinya, ia ingin bertemu dengan anak semata wayangnya itu, namun ia tidak mau rneninggalkan si bocah kecil yang masih memerlukan bimbingannya. 

     Setelah mempertimbangkan masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke Surabaya. Sementara itu, para penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi setelah mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan oleh Sutan Duano membuahkan hasil. Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya.

     Sementara itu, sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya menjadi hancur ketika ia bertemu dengan mertua anaknya. Ternyata mertua anaknya adalah Iyah, mantan istrinya. Ia marah kepada Iyah karena telah menikahkan dua orang yang bersaudara. Karena marahnya itu, Sutan Duano mengancam akan memberitahukan kepada Masri dan Arni. Namun, Iyah berusaha menghalanginya dengan memukul kepala mantan suaminya itu dengan sepotong kayu. 

     Kalau saja Arni tidak menghalanginya, kemungkinan besar Sutan Duano tidak akan selamat. Melihat mantan suaminya bersimbah darah, Iyah rnerasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni bahwa Sutan Duano adalah mantan suaminya. 

     Betapa terkejutnya Arni mendengarnya. Ia kemudian menceritakan hal itu kepada Masri, sehingga mereka sepakat berpisah. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia, sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan Gundam, yaitu ibu dari Acin.

B. Tema
Tema Novel Kemarau ini berupa,
  • Manusia dan Pengorbanan 
  • Manusia dan Tanggung Jawab.
C. Alur
Alur yang digunakan dalam Novel Kemarau ini adalah Alur Campuran, pada setiap bab terdapat masing masing konflik.

D. Latar
a). Tempat 
  • Surau
  • Pematang Sawah
  • Ladang
  • Tepi Danau
  • Rumah Gundam
  • Jalan Raya
  • Sungai
  • Masjid
b). Waktu
  • Musim Kemarau
  • Kemarin Sore
  • Malam Hari
  • Senja
  • Hari Minggu
  • Siang Hasri
c). Sosial 
     Latar sosial yang digunakan dalam novel ini adalah kehidupan penduduk di kampung yang masih berpikir tradisional. Mereka hanya mewarisi kebiasaan nenek moyang yang hanya bertani setahun sekali, yaitu ketika musim penghujan saja. Bagi orang yang suda berpikir modern, mereka berusaha untuk mengairi sawah agar tetap bisa bertani pada musim kemarau.

     Seseorang yang berbuat beda namun mampu memberi perubahan besar malah dikatakan sebagai orang yang tidak waras. Hal tersebut tampak bahwa masyarakat masih belum bisa menerima perubahan yang baru. Pola berpikir masyarakat yang demikian harus diubah agar mereka tidak terpuruk dalam kebodohan yang terus-menerus di derita.
 d). Suasana
  • Suasana Gugup
  • Suasana Senang
  • Suasana Marah
  • Suasana Sedih
  • Suasana Takut
  • Suasana Tegang
E. Tokoh
  • Sutan Duano
Sutan Duano digambarkan sebagai tokoh yang mempunyai pola pikir modern. Ia ingin mengubah pola pikir di kampung tempat ia tinggal.
  • Wali Negeri
Wali negeri atau kepala desa di dalam novel ini digambarkan sebagai orang yang pandai memanfaatkan kesempatan. Di dunia politiknya, ia mencoba membantu warga di kampungnya agar bisa membaca dan menulis, maka ia membuka kursus baca tulis. Di sisi lain, ia akan membuat kursus-kursus yang lain agar namanya tetap dapat berkembang dalam dunia politik. 
  • Haji Tumbijo
Haji Tumijo adalah seorang pemimpin yang sedang mengungsi di kampung tempat Sutan Duano tingga. Ia sahabat Sutan Duano ketika mereka berada di kota. Ia memperkirakan bahwa Sutan Duano akan menjadi orang yang disegani di kampung itu dan dugaannya pun benar.
  • Sutan Caniago
Sutan Caniago digambarkan sebagai seorang lelaki paruh baya yang sudah mempunyai empat orang anak. Ia sudah tidak mampu lagi hidup di kampung ini untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. Ia bermaksud menjual padinya kepada Sutan Duano untuk bekal ia merantau ke kota.
  • Lembak Tuah
Lembak Tuah digambarkan sebagai pemilik sawah terluas di kampung. Namun, ia terlalu sombong. Ketika Sutan Duano mengajak untuk bergotong-royong mengairi sawahnya dengan mengambil air dari danau, ia tidak mau karena Lembak Tuah merasa tidak pernah ikut mengotori kakinya untuk mengerjakan sawahnya sendiri.
  • Gundam
Gundam adalah seorang janda yang mempunyai dua orang anak, yaitu Acih dan Amah. Ia masih muda namun sudah dicerai suaminya enam tahun yang lalu karena suaminya mempunyai isteri baru. Gundam digambarkan memiliki sikap yang pemalu, penakut, dan menerima perubahan jika orang lain juga melakukan perubahan tersebut.
  • Saniah
Saniah digambarkan sebagai seorang janda yang tidak tahu malu. Ia menghalalkan segala cara untuk mendekati Sutan Duano. Ia merasa cemburu dengan Gundam. Oleh karena itu, Saniah membuat fitnah untuk memisahkan mereka. Saniah memiliki watak yang jahat.
  • Uncu Timah
Uncu Timah ialah satu-satunya orang yang dapat dipercaya menjualkan hasil panen Sutan Duano. 
  • Kutar
Kutar digambarkan sebagai seorang anak laki-laki yang nakal, pintar berbohong, dan bercerita yang berlebih-lebihan.
F. Sudut Pandang
Novel Kemarau ini menggunakan Sudut Pandang Orang Ketiga.
G. Amanat
  • Jika kita ingin memperoleh hasil yang lebih baik kita harus mau berusaha 
  • Bukan kemewahan tujuan hidup, tujuan hidup adalah kedamain, tidak berbuat dosa tapi banyak pahala.
  • Berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan
  • Hidup berjuang dengan keiklasan akan mendapatkan keberkahan

H. Daftar Pustaka
http://ayupujilestari31.blogspot.com/2018/12/analisis-novel-kemarau-a-navis-dengan-4.html
https://anazarfaqih.wordpress.com/2013/11/11/sinopsis-novel-kemarau-a-a-navis/
https://awandarmawan21.blogspot.com/2018/12/analisis-novel-kemarau-karya-aa-navis.html
http://nanipratiwi01.blogspot.com/2014/05/sinopsis-novel-kemarau-karya-a-navis.html   
 
  
  













Novel ini mengisahkan ketika musim kemarau panjang datang, menimpa negeri ini, para petani semakin merasa berputus asa. Sawah dan ladang mereka sangat kering dan cuaca panas sangat menyengat tubuh. Keadaan itu membuat mereka tidak lagi mau menggarap sawah atau mengairi sawah mereka. Mereka hanya bermalas-malasan dan bermain kartu saja. Namun, ada seorang petani yang tidak ikut bermalas-malasan, Sutan Duano. Dalam keadaan kemarau panjang ini, ia tetap mengairi sawahnya dengan rnengangkat air dari danau yang ada di sekitar desa mereka sehingga padinya tetap tumbuh. Ia tidak menghiraukan panas matahari yang membakar tubuhnya. la berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan yang ia lakukan. Ia juga berusaha memberikan ceramah kepada ibu-ibu yang ikut dalam pengajian di surau desa mereka. Namun, tak satu pun petani yang menghiraukan ceramahnya apalagi mengikuti langkah-langkah yang dilakukannya. Tampaknya, keputusasaan penduduk desa telah sampai pada puncaknya. Suatu hari ada seorang bocah kecil bernama Acin yang membantunya mengairi sawah sehingga keduanya saling bergantian mengambil air di danau dan mengairi sawah mereka. Penduduk desa yang melihat kerja sama antara keduanya bukannya mencontoh apa yang mereka lakukan, melainkan mempergunjingkan dan menyebar fitnah, bahwa sutan Duano mencoba mencari perhatian Gundam, ibu si bocah itu, yang memang seorang janda. Bahkan, seorang janda yang menaruh hati pada Sutan Duano pun kemudian mempercayai gunjingan itu. Gunjingan itu semakin memanaskan telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak menanggapinya dan tetap bersikap tenang. Suatu hari ia menerima telegram dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun disia-siakannya. Anak itu memintanya pergi ke Surabaya. Dalam hatinya, ia ingin bertemu dengan anak semata wayangnya itu, namun ia tidak mau rneninggalkan si bocah kecil yang masih memerlukan bimbingannya. Setelah mempertimbangkan masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke Surabaya. Sementara itu, para penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi setelah mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan oleh Sutan Duano membuahkan hasil. Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya. Sementara itu, sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya menjadi hancur ketika ia bertemu dengan rnertua anaknya. Ternyata mertua anaknya adalah Iyah, mantan istrinya. Ia marah kepada Iyah karena telah menikahkan dua orang yang bersaudara. Karena marahnya itu, Sutan Duano mengancam akan memberitahukan kepada Masri dan Arni. Namun, Iyah berusaha menghalanginya dengan memukul kepala mantan suaminya itu dengan sepotong kayu. Kalau saja Arni tidak menghalanginya, kemungkinan besar Sutan Duano tidak akan selamat. Melihat mantan suaminya bersimbah darah, Iyah rnerasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni bahwa Sutan Duano adalah mantan suaminya. Betapa terkejutnya Arni mendengarnya. Ia kemudian menceritakan hal itu kepada Masri, sehingga mereka sepakat berpisah. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia, sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan Gundam.

Sumber: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Kemarau | Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar